Kamis, 02 Mei 2013

r i n d u

Sejak kapan aku mengenal lima huruf asing ini? Setahun, dua tahun lalu, atau selama dekade pendewasaan atau pencarian jati diri? Sayangnya bukan.. Memang dulu aku hanya mengenal perhurufnya saja.. Menemukan R, I, N, D, dan begitu juga U tanpa tahu bagaimana merangkainya dan menafsirkannya dalam-dalam.. Dan kini aku baru faham.. Aku sedang dilanda kerinduan.. Kerinduan untuk memainkan jemari dan bermelodi pada ruas mimpi.. Menggurat cahaya di kaki cakrawala, menggelayut canda, seketika hinggap pada titik realita.. Aku benar-benar rindu.. Rindu untuk menyaksikan kepulan awan kelabu, menyeka rintihan sendu, dan mengubahnya.. Menatapnya tegas dan merangkulnya hangat..

Sebuah Metamorfosa

Catatan kecil untuk sebuh metamorfosis paling sempurna di dunia Saat menjadi ulat.. Aku terbungkam, mengiyakan bentuk bumi yang kuangap perspektif dan entah bagaimana sebenarnya.. Ulatpun bermetamorfosa.. Menjadi kepompong yang berbalut ketidaktahuan, sepi, menyepi, sendiri, dan bahkan menyendiri. Dalam kesendirian itulah aku berdo’a pada Tuhan untuk memberiku kesempatan melalui metamorfosa selanjutnya dan melepas balutan kesepianku.. Dan ternyata.. Tuhan benar-benar mengizinkanku, memberikanku kesempatan.. Kepompongpun bermetamorfosa.. Balutanku terlepas, perasaan kerdil yang membuta tak ada lagi.. Ya, kini aku menjadi kupu-kupu.. Pahatan indah dan lekuk tubuh ciptaan Tuhan terbukti adanya.. Aku terbang sesuka hati.. Menghisap nectar, melompat, dan sesekali tertawa kecil diantara hamparan bunga.. Ini indah sekali.. Tanpa kusadari, aku lupa diri.. Sayapku patah, robek dn tak tersisa Aku terlalu riang, hingga semua terjadi saat aku menari Angin dahsyat memporakporanda dan mengoyak tanpa ampun.. Aku merintih pada Tuhan.. ‘Kenapa semua ini bisa terjadi?’ Tuhan menjawab.. “Wahai kupu-kupu, ketahuilah bahwasanya metamorphosis dalam dirimu belum benar-benar sempurna. Aku memberimu kesempatan terbang bebas agar kau mengerti, apa dan bagaimana seharusnya hidup. Namun sayang, kau terlalu terlena hingga angin yang melalap dan meluluhlantakkn sayapmu, tak juga kau sadari.. Hingga akhirnya kau patah, rentan, dan tak ada apa-apanya. Kau lengah..” Akupun tertunduk lemas, mengambang bersama angin yang menghempas relung jiwa yang kosong ini, bersandar nestapa, dan sesal tiada tara.