Selasa, 17 Desember 2013

_lawas_

Boleh aku berkata? Jiwaku hambar. Dan kini aku tak lagi percaya dengan manisnya sebuah kata, indahnya sebuah canda, ataupun sebuah rasa. Memperjuangkan tanpa diperjuangkan, menyakiti diri, menyiksa relung, mengikis hampa. Sakit. Sangat sakit. Kecewa. Jangan ditanya. Meski hati tak ingin lagi berinterupsi, tapi bayang memori tak boleh hinggap di hati, hingga kutuliskan secarik surat, melayangkan bersama burung terbang, kukatakan padanya bahwa aku di sini, aku di sini tak ingin lagi mengenang, meminta agar membantuku untuk membakar sisa kenangan, pergi jauh dari kehidupan, dan jangan pernah kembali lagi. Jangan pernah. Kau tahu? Hati ini rentan, bak potongan kaca yang mudah pecah. Saat ia telah berkeping, jangan coba menyusunnya, tinggalkan ia sendiri, biarkan angin yang menghempasnya pulang. Tak usah lelah mencari lem perekat karena sejatinya, ia terlalu sering tertambal. Aku lelah. Sangat lelah. Maafkan diri yang terkadang memecah kaca kehidupanmu, membiarkannya berserakan tanpa usaha menyusunnya lagi. Maafkan diri yang acuh, tak peduli berapa goresan yg telah ku toreh dan membuatmu sakit. Terima kasih untuk hati yang pernah singgah dalam waktu yang tidak sementara. Dalam waktu yang memberikanku banyak warna dan cerita. Dalam waktu yang tidak singkat. Dalam waktu yang cukup panjang. Pergilah dan jangan pernah kembali, tinggalkan diri menyusun potongan kaca dan mengobati luka menganga. Biarkan aku berdiri tegak, menatap tegas, dan berderap mantap.

It sounds like PUNISHMENT

Hola Blog, udah lama banget deh emang kayaknya gue gak nulis di sini. iya, udah lama banget, ya meskipun dulu juga jarang sih tapi gak tau kenapa malam ini gue lagi mao nulis aja. Ya melepas keboringan juga sih hehehe. Kangen dah gue sama temen-temen pondok, mana hape gue error lagi, atapi ya sudahlah, berbekal laptop tua ini, akhirnya gue juga masih bisa kontekan walaupun dengan sinyal pas-pasan. Alright, yang mau gue tulis malem ini adalah tentang suara "BAAAG..BUUUG...BAAAG..BUUUG" yang kayanya berasal dari rumah tetangga gue. Maklumlah, rumah gue nempel-nempel gini, jadi kalo ada suara apa-apa pasti gue langsung kepo. Itu dimulai pas gue lagi nulis raport TK, ada kedengeran suara orang nangis dan ada suara bapak-bapak lagi marah-marah gitu, gue dengerin baek-baek, dan exactly! Bener! itu suara tetangga gue lagi marahin anaknya, gue bertanya-tanya, What's up? Dan ternyata oh ternyata, anak tsb dimarain gara-gara nilainya jelek, Oh My God! Guess what? Dimarahinnya tuh kaya anak yang abis ngelakuin apaa gitu, ya ampun gue kasian banget sama anaknya. Dia kaya tertekan gitu loh di rumahnya. Kalo waktu ujian sekolah tiba, dari pagi sampe pagi (lagi) bapaknya sama ibunya bakalan kekeh megangin buku anaknya, ditanya-tanyain gitu. Emang sih mungkin menurut si Bapak, dia pengen anaknya pinter, tapi ya gak gitu juga kali caranya. Yang paling naas menurut gue adalah masalah seminggu yang lalu, pas pagi-pagi anaknya nongkrong di depan teras rumah gue, pas nenek gue tanya, "kenapa pipinya?" and you know? lagi-lagi terjadi masalah, si anak itu abis gak tau diapain sama bundanya, yang pasti gue liat corengan luka dipipinya, exactly, mirip banget sama mat codet -_- Dua hari yang lalu si bapak minta tolong gue buat ngajarin Bahasa Arab sama Bahasa Inggris ke anaknya, ya gue mah terima-terima aja, mungkin kalo pelajaran anak SD gue masih bisa dikit-dikit. Gue ajarin dah tuh anak dikit demi sedikit, dari jam tujuh malem sampe jam sembilan lewat. ya gue rada deg-degan sih, gue takut anak itu belum bisa nangkep pelajaran dari gue dan ujung-ujungnya gue yang kena. hiks, gue gak mau itu terjadi. Dan keesokan harinya, setelah dia pulang ujian, gue coba ngoreksi jawaban dia, and finally, bener aja, dia salah banyak banget dan gue jadi takut. Finally lagi, anak itu beneran dimarahin (lagi) sama orangtuanya. (to be continue)

Kamis, 02 Mei 2013

r i n d u

Sejak kapan aku mengenal lima huruf asing ini? Setahun, dua tahun lalu, atau selama dekade pendewasaan atau pencarian jati diri? Sayangnya bukan.. Memang dulu aku hanya mengenal perhurufnya saja.. Menemukan R, I, N, D, dan begitu juga U tanpa tahu bagaimana merangkainya dan menafsirkannya dalam-dalam.. Dan kini aku baru faham.. Aku sedang dilanda kerinduan.. Kerinduan untuk memainkan jemari dan bermelodi pada ruas mimpi.. Menggurat cahaya di kaki cakrawala, menggelayut canda, seketika hinggap pada titik realita.. Aku benar-benar rindu.. Rindu untuk menyaksikan kepulan awan kelabu, menyeka rintihan sendu, dan mengubahnya.. Menatapnya tegas dan merangkulnya hangat..

Sebuah Metamorfosa

Catatan kecil untuk sebuh metamorfosis paling sempurna di dunia Saat menjadi ulat.. Aku terbungkam, mengiyakan bentuk bumi yang kuangap perspektif dan entah bagaimana sebenarnya.. Ulatpun bermetamorfosa.. Menjadi kepompong yang berbalut ketidaktahuan, sepi, menyepi, sendiri, dan bahkan menyendiri. Dalam kesendirian itulah aku berdo’a pada Tuhan untuk memberiku kesempatan melalui metamorfosa selanjutnya dan melepas balutan kesepianku.. Dan ternyata.. Tuhan benar-benar mengizinkanku, memberikanku kesempatan.. Kepompongpun bermetamorfosa.. Balutanku terlepas, perasaan kerdil yang membuta tak ada lagi.. Ya, kini aku menjadi kupu-kupu.. Pahatan indah dan lekuk tubuh ciptaan Tuhan terbukti adanya.. Aku terbang sesuka hati.. Menghisap nectar, melompat, dan sesekali tertawa kecil diantara hamparan bunga.. Ini indah sekali.. Tanpa kusadari, aku lupa diri.. Sayapku patah, robek dn tak tersisa Aku terlalu riang, hingga semua terjadi saat aku menari Angin dahsyat memporakporanda dan mengoyak tanpa ampun.. Aku merintih pada Tuhan.. ‘Kenapa semua ini bisa terjadi?’ Tuhan menjawab.. “Wahai kupu-kupu, ketahuilah bahwasanya metamorphosis dalam dirimu belum benar-benar sempurna. Aku memberimu kesempatan terbang bebas agar kau mengerti, apa dan bagaimana seharusnya hidup. Namun sayang, kau terlalu terlena hingga angin yang melalap dan meluluhlantakkn sayapmu, tak juga kau sadari.. Hingga akhirnya kau patah, rentan, dan tak ada apa-apanya. Kau lengah..” Akupun tertunduk lemas, mengambang bersama angin yang menghempas relung jiwa yang kosong ini, bersandar nestapa, dan sesal tiada tara.

Rabu, 24 April 2013

lawas

Hanya Kita

Semuanya tentang kita.. tentang kita.. bukan yang lain.. :)

Note to Self

The weirdest part about the whole thing is, I feel like I've just been watching it all happen Like I'm unable to take an active part in anything.. Because my brain is always somewhere other than where it should be.. I have to do something.. :) What is the aim of the life? siapa yang ga pengen semuanya berubah kaya dulu? ga ada.. semuanya pengen kaya sediakala.. Tapi semuanya butuh proses, dan dalam proses itulah kita belajar, belajar buat memahami, belajar buat mengerti dan belajar buat mengambil intisari..